15 Sep 2011

MENJEBOL MUTU PROYEK


Editorial Media Indonesia yang disiarkan oleh Metro TV pada hari Sabtu tanggal 3 September 2011 cukup membikin merah muka para civil engineer idealis di negeri ini. Tidak terkecuali saya, walaupun saya tidak berani menyebut diri sebagai seorang idealis. Betapa persepsi masyarakat terhadap suatu proyek begitu negatifnya, terutama terhadap proyek-proyek pemerintah. Setiap mendengar kata proyek, maka masyarakat awam akan menganggap proyek itu isinya mark up, tipu menipu, KKN, penyimpangan bestek dan lain-lain yang negatif.

Padahal tidak semua proyek isinya tipu-menipu dan KKN. Masih ada kontraktor yang bertanggung jawab terhadap mutu. Masih banyak di negeri ini insinyur sipil yang idealis, yang tidak mau menggadaikan ilmu dan idealismenya demi rupiah. Akan tetapi hal-hal yang baik jarang muncul dan diberitakan. Mungkin dianggap kerja yang baik dan professional memang tugasnya para insinyur sehingga tidak perlu diberitakan. Yang perlu diberitakan yang jelek-jelek agar para insinyur punya rasa malu dan mau berubah kearah yang lebih baik.

Resiko bekerja jelek sudah pasti ada akibatnya. Proyek bisa bermasalah secara teknis dan menyebabkan kegagalan bangunan jika dikerjakan dengan penyimpangan spek. Kalau sudah terjadi kegagalan bangunan maka sanksi pidana dan denda bisa mengancam pihak yang terlibat sesuai UUJK No. 18 Tahun 1999. Sedangkan resiko bekerja dengan memainkan angka-angka (markup dan penyunatan anggaran) bisa menyebabkan proyek ambruk dan salah-salah dijerat tindak pidana korupsi.

Pilihan ada pada para insinyur. Mau bekerja dengan baik sehingga bisa tidur nyenyak tanpa dibayangi sanksi pidana, atau mau cari materi sebanyak-banyaknya sehingga dibayang-bayangi ruang penjara? Mari kita manfaatkan ilmu kita untuk kebaikan negeri ini.

Inilah kutipan Editorial Media Indonesia beserta komentar negative masyarakat terhadap proyek-proyek pemerintah.

Menjebol Mutu Proyek
Sabtu, 03 September 2011 00:00 WIB

TRAGEDI terjadi lagi. Meski tidak menelan nyawa, ratusan ribu orang merintih kekurangan air bersih. Itu bukan terjadi nun jauh di sana di pelosok negeri ini, melainkan di ibu kota negara, Jakarta.

Tanggul Kanal Tarum Barat di Kalimalang, Jakarta Timur, jebol pada Rabu (31/8). Air dari tanggul itu merupakan bahan baku air bersih untuk kebutuhan warga Jakarta. Akibat ambruknya tanggul, pasokan air bersih untuk rumah tangga, industri dan perkantoran di Jakarta Pusat, dan sebagian Jakarta Barat serta Jakarta Utara pun terganggu.

Istana Presiden, Balai Kota DKI, dan Gedung DPR tidak luput dari kekurangan pasokan air bersih. Truk tangki air bersih hilir mudik memenuhi pasokan air bersih di tiga gedung istimewa itu.

Telah menjadi kebiasaan, setelah musibah barulah para pejabat ramai-ramai meninjau lokasi. Aneka argumentasi dan teori pun keluar sebagai jurus pembelaan diri.

Divisi Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, misalnya, berkilah bahwa salah satu penyebab ambruknya tanggul ialah pencurian air melalui pipa-pipa liar.

Perum Jasa Tirta II sebagai pemilik tanggul Kanal Tarum Barat sudah jauh hari mencatat ada 4.000 titik pengambilan air secara ilegal.

Tidak hanya itu. Pembangunan 54 jembatan penyeberang yang melintasi kali dengan tiang-tiang besi ikut melonggarkan kerekatan tanah. Selain itu, pemasangan tiang pancang jalan layang Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) di samping dinding kali merusak konstruksi tanah.

Tanggul yang jebol itu baru berusia 40 tahun, padahal tanggul itu dibangun dengan konstruksi berkekuatan hingga usia 100 tahun.

Mudah ditebak mengapa kekuatan tanggul hanya berumur 40% dari yang seharusnya. Ini satu lagi bukti bahwa mutu proyek dijebol untuk membuncitkan pundi-pundi kontraktor dan aparat.

Sudah menjadi pengetahuan publik bahwa biaya proyek pemerintah selalu ditalangi terlebih dahulu oleh kontraktor. Kontraktor pun tahu bahwa nilai proyek sudah disunat kemudian dikaveling-kaveling sebagai upeti untuk disetor ke DPR, pejabat terkait, dan makelar anggaran.

Yang menjadi pertanyaan mengapa Perum Jasa Tirta membiarkan berlarut-larut walau telah mengetahui ada 4.000 titik pencurian air di tanggul Kanal Tarum Barat? Adakah kerja sama saling menguntungkan antara si maling air dan oknum Jasa Tirta?

Kita percaya proyek vital itu memiliki dana pemeliharaan yang mestinya bisa digunakan untuk merawat tanggul agar tidak bocor.

Meski kerusakan tanggul tidak menelan korban jiwa, harus diusut siapa yang bertanggung jawab atas bobolnya tanggul itu. Semestinya kita tidak hanya pintar mencari penyebab ambruknya tanggul, tetapi juga piawai menemukan siapa yang paling bertanggung jawab kemudian menggiringnya ke meja hijau. Jangan menjadi kebiasaan sebuah tragedi berlalu tanpa ada yang bertanggung jawab, karena pasti ini bukan bencana alam

Komentar2 :
Miris!
Bukan main! Ternyata mudah sekali untuk mensabotase ibukota negara ya. Perlu pimpinan yg mampu membuat Jakarta bebas dari sabotase, mulai dari kebutuhan pokok seperti air, listrik, sarana jalan dll. Apa jadinya kalau ada teroris yg melakukan pengrusakan di titik2 vital seperti itu? jakarta lgs lumpuh. Ini baru air, ke depan nanti apa lagi? Jadi pastikan pimpinan ke depan yg punya pemikiran jauh ke masa depan.
dikomentari oleh: Dewono - tanggal: 03-09-2011 07:28:18 WIB

Sudah Biasa
Hal ini sudah biasa terjadi di Indonesia, nilai proyek dipotong masuk kantong oknum penentu kebijakan, kalau tidak begitu kontraktor tidak dapat proyek. Tragisnya pemberian angpao tersebut tanpa kwitansi, ya akhirnya yang dikorbankan proyeknya seharus berumur 100 tahun baru 40 tahun jebol, akhirnya mereka saling menyalahkan...............ala Mak yang sakit kontraktornya.
dikomentari oleh: Erwanto Trustiadi - tanggal: 03-09-2011 07:10:32 WIB

Negara OMDO....
ndak usah heran,sudah biasa dan kita Indonesia sedang menuju NEGARA GAGAL DAN HANCUR...optimisme Pak SBY itulah khas pemimpin OMDO.....
dikomentari oleh: anthony - tanggal: 03-09-2011 06:37:32 WIB

MARI KITA DEFINISIKAN ARTI KORUPSI
Dinegeri ini tiap detik kita pasti bisa mendengar teriakan anti korupsi dan tekad bulat membasminya .Inilah koloni masyarakat yang PALING ANTI KORUPSI DIDUNIA.Ironisnya praktek korupsinya sendiri SEBENARNYA SEMAKIN MENJADI-MENJADI........MENGAPA? Karena tafsir akan korupsi sendiri memang masih tidak sama.Kalau dilakukan orang lain, namanya korupsi , tapi bila teman atau diri sendiri yang melakukannya maka itu namanya Rezeki
dikomentari oleh: Bungdamai - tanggal: 03-09-2011 06:30:39 WIB

Ada rupa ada harga?
Tapi pemeo ini sudah tidak berlaku di Indonesia diganti ada harga tapi rupa tetep jelek karena tidak jujur waktu menilai saat serah terima proyek. Biasanya kalau proyek kurang kuat ya rawatnya yang harus ditingkatkan. Di Indonesia rawat juga tidak ditingkatkan karena biaya rawat (maintanance) dikorup.
dikomentari oleh: sambodhosumani - tanggal: 03-09-2011 05:25:12 WIB

Jangan ada tempat menymai ketidak jujuran.
Jebolnya dam tidak kali ini saja, masih ingat Situ Gintung waktu itu juga ada yang bilang untung tidak ada kurban jiwa. Dengan kasus Buaran ini terungkap bahwa manusia Indonesia tidak kapok2: Tidak jujur, karena lalai, karena apa lagi. Harus meningkatkan kejujuran, ternyata untuk jujur juga harus teliti, tidak asal-asalan, hari Id dibiarkan ada dua, walaupun sepele (mungkin) bisa menyebabkan petaka, jangan jadikan UN (ujian negara) jadi tempat menyemai ketidak jujuran dsbnya
dikomentari oleh: sambodhosumani - tanggal: 03-09-2011 05:14:19 WIB
Pejabat bergelimang 'air'
Pejabat bergelimang air, rakyat musti berebut & antri air.... Beginikah negeri ini diurus?
dikomentari oleh: JZ - tanggal: 03-09-2011 05:04:57 WIB

Gara-gara Komisi
Pemenang tender proyek adalah kontraktor yg berani mengajukan harga tawaran terendah,berani kasih komisi lalu dikurangi dgn keuntungan kontraktor sama dengan mutu proyek yg rendah.
dikomentari oleh: nahop - tanggal: 03-09-2011 04:29:09 WIB