21 Jan 2010

Denpasar Sewerage Development Project


TUTUP MANHOLE DSDP II DIMINTA DI KUNCI

Berita salah satu media lokal di Bali tanggal 19 Januari 2009 memuat saran anggota dewan kota agar tutup-tutup manhole saluran limbah cair / DSDP (Denpasar Sewerage Development Project)diamankan dengan cara digembok atau dilas sehingga aman dari tangan-tangan jahil.

Penulis bingung membaca berita tersebut, yang salah wartawan yang mengutip pembicaraan atau memang benar anggota dewan yang meminta agar dikunci.
Rasanya tidak mungkin ada orang-orang jahil yang bisa mencuri tutup manhole DSDP. Tutup manhole DSDP dibuat dari konstruksi beton bertulang sehingga cukup berat (kurang lebih beratnya 100 kg). Orang yang belum pernah membukanya akan kesulitan mengangkat tutup manhole sendirian karena berat dan perlu alat khusus (catok). Jadi mustahil ada orang jahil mau membukanya, disamping karena posisi manhole kebanyakan di jalan raya yang ramai juga pasti bau he..he.. Justru kalau diisi kunci, kami yakin yang hilang pasti gemboknya dan bukan tutupnya. Tidak sama seperti tutup manhole drainase kuta yang banyak hilang walaupun sudah diisi pengaman. Tutup manhole drainase kuta terbuat dari besi cor bermotif sehingga wajar hilang karena harganya lumayan….

Yang perlu diperhatikan pada tutup manhole DSDP adalah konstruksinya. Dari pantauan kami di lapangan sudah banyak tutup manhole yang pecah-pecah (cuil) pada bagian pinggirnya. Jika dibiarkan maka cuilnya akan semakin besar karena lintasan roda kendaraan yang padat. Kami sarankan agar konstruksi tutup manhole berikutnya dibuat dengan memberi plat baja melingkar pada bagian tepinya untuk menghindari cuil-cuil tersebut.
Pemasangan kembali tutup manhole dengan cara yang tidak benar dapat menyebabkan tutup manhole goyang sehingga berbunyi jika dilintasi kendaraan. Lama kelamaan kondisi ini dapat menyebabkan retaknya tutup manhole karena benturan antar tutup dan rumahnya akibat beban kejut/hentakan roda kendaraan. Membuka dan memasang tutup manhole harus hati-hati dan menggunakan catok yang khusus dibuat untuk itu agar tutup manhole terhindar dari benturan-benturan.

Mengenai amblesnya permukaan jalan disekitar manhole lebih banyak disebabkan karena tidak baiknya pelaksanaan. Ukuran galian untuk manhole biasanya dibuat pas-pasan sehingga tidak ada ruang yang cukup untuk memadatkan dengan alat pemadat (stamper). Akibatnya yang dipadatkan hanya bagian atasnya saja, padahal syarat pemadatan yang benar adalah lapis per lapis (tiap 30 cm). Kesulitan pemadatan ini sebenarnya dapat diatasi dengan menggunakan material berpasir untuk urugan kembali disekeliling manhole. Material urugan dari pasir bisa dipadatkan dengan air. Karena mahal, biasanya pemborong tidak memakainya. Disinilah peran supervisi untuk memaksa menggunakan material pasir, apabila tidak maka pemborong harus membuat ukuran galian sedemikian rupa sehingga stamper bisa memadatkan lapis per lapis dari bawah.

0 komentar:

Posting Komentar